Senin, 13 Oktober 2014

JAVA SUMMER CAMP 2014 : PENGALAMAN SPEKTAKULER



Sulfi Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Java Summer Camp (JSC) merupakan suatu kegiatan perkemahan sebagai ajang strategis untuk meningkatkan kohesivitas antar budaya untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai dan harmonis. Selain itu, JSC bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia. Hal ini disebabkan karena  peserta JSC bukan hanya berasal dari Indonesia, tetapi juga ada yang dari mancanegara. Seperti pengalaman saya saat mengikuti JSC 2014, yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 September 2014.
Pada acara JSC kali ini, banyak sekali peserta JSC yang dari mancanegara. Diantaranya ada yang dari Jepang, Madagaskar, dan Tanzania. Peserta yang dari Tanzania merupakan peserta mancanegara dengan peserta terbanyak. Ada 9 orang peserta asal Tanzania. Salah satu nama yang saya tau adalah Ali. Ali merupakan salah satu peserta dari Tanzania yang bisa berbahasa Inggris dan bahasa Jawa, sehingga dia adalah peserta dari Tanzania yang paling cepat beradaptasi dengan peserta lain yang berasal dari bahasa Indonesia.
Selain Ali, ada juga peserta mancanegara yang sangat cepat dan mudah beradaptasi dengan peserta dari Indonesia. Dia adalah Saki. Saki merupakan peserta dari Jepang. Dia adalah seorang gadis yang anggun dan ramah sekali terhadap sesama. Dia baru tujuh bulan tinggal di daerah Yogyakarta, dan mengambil konsentrasi bahasa Indonesia di Universitas Sanata Darma. Oleh karena itu, dia bisa berbahasa Indonesia dan hal tersebut sangat memudahkannya mendapat teman baru dalam kegiatan JSC 2014 ini.
Mengawali kegiatan JSC 2014, acara pembukaan pun tentu menjadi hal pertama yang harus dilakukan. Pesrta JSC yang berjumlah 150 orang itu diberangkatkan dari Kantor Dinas Bupati Sleman. Setelah pembukaan itu, peserta JSC pun segera diluncurkan ke tempat perkemahan, yaitu di Desa Wisata Pentingsari atau biasa disebut Dewi Peri.
Dewi Peri merupakan salah satu daerah wisata yang teretak di daerah Umbulharjo Cangkringan Sleman, Kota Yogyakarta. Banyak sekali tempat-tempat wisata yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, tak heran jika banyak orang asing yang tertarik untuk berkunjung ke tempat wisata Dewi Peri. Tempatnya yang bersih, luas, dan ditata dengan berbagai kebudayaan Yogyakarta, membuat hati pengunjung merasa nyaman dan kerasan berada di tempat tersebut.
Kesan pertama saya mengikuti kegiatan JSC 2014 di Dewi Peri ini sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, saya hanya seorang diri dan tidak ada teman sekampus yang mengikuti kegiatan tersebut. Sedangkan peserta JSC yang lain banyak yang berbondong-bondong dengan teman sekampus untuk mengikuti JSC 2014. Jadi, saya merasa sangat terasingkan, karena pada saat itu, saya masih belum mempunyai teman bicara, teman bercanda, dan teman untuk bersuka ria mengikuti JSC 2014. Tidak hanya itu, lebih parahnya, saya sulit mencari teman untuk dimintai bantuan memotret saya pada saat kegiatan untuk didokumentasikan dalam petualangan IAYP yang sedang saya jalani. Bertambahlah derita saya mengikuti JSC karena saya tidak memiliki kamera untuk mengabadikan moment-moment terindah dalam serangkaian kegiatan JSC. Sungguh, saat itu, saya benar-benar merasa menjadi orang yang sangat terasingkan.
Setelah lama saya berusaha mencari teman yang bisa membantu saya mendokumentasikan kegiatan JSC ini, akhirnya sayapun menemukan teman tersebut. Dia adalah Saki, teman satu tenda Srikandi yang berasal dari Jepang. Dia berkenan membantu saya, sehingga untuk memudahkan pengiriman foto tersebut, saya bertukar nomor handphone agar bisa tetap terus berkomunikasi. Saya sudah mulai merasa tenang dengan dokumentasi foto tersebut.
Pada saat pembentukan kelompok, perasaan terasingkan pun semakin mulai berkurang, berkurang, dan terus berkurang. Hingga pada akhirnya saya menemukan kelompok saya, yaitu Kelompok Kera. Saya sangat bersyukur, karena peserta yang tergabung dalam kelompok kera sangat baik dan membuat saya merasa tidak menjadi orang yang terasingkan lagi. Berbagai kegiatan outbond kami lalui dengan penuh kekompakan. Hingga pada saat ada kegiatan “cooking class”, kami meraih juara tiga. Cooking class merupakan salah satu kegiatan JSC 2014 yang menantang para peserta memasak di rumah warga yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Jadi, cooking class  ini merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk melatih peserta untuk bagaimana berinteraksi dengan orang baru yang sebelmunya tidak pernah kenal.
Hal yang serupa, kekompakan kelompok kera pun juga terlihat pada saat kegiatan “Village Tour” atau Jelajah Desa. Pada kegiatan ini, kami bersama-sama berusaha mengunjungi paling sedikit lima pos dan mengumpulkan stiker dari masing pos-pos yang telah dikunjungi. Kegiatan ini adalah kegiatan yang melelahkan, tapi tetap menyenangkan. Dikatakan melelahkan karena kami harus menemukan pos yang-pos yang tidak pernah kami tau sebelumnya. Jadi, kami harus jalan jauh berkeliling dan bertanya-tanya pada penduduk setempat. Dikatakan menyenangkan karena adanya kebersamaan dalam kelompok kera. Padahal, kami berasal dari kampus yang berbeda, tetapi kekompakan kami pun sudah seperti orang yang sudah lama kenal. Alhasil, kelompok kera berhasil mengunjungi tujuh pos.
Adapun pos-pos yang berhasil dikunjungi adalah pos pengolahan susu kambing, pos pengolahan susu kambing, pos pengolahan keripik jamur, pos salak pondoh, pos tanaman herbal, dan pos wayang suket. Menurut saya, pos yang paling berkesan adalah ketika kami berkunjung ke pos wayang suket. Di pos tersebut, kami diajarkan bagaimana cara membuat wayang suket dari rumput mendong.
Acara yang tak kalah pentingnya untuk diingat adalah pentas seni. Pentas seni diselenggarakan dua kali pada tempat yang berbeda. Pentas Seni I pada malam pertama kami menginap, bertempat di lapangan sebelah tenda putri yang diberi nama “SRIKANDI”. Pada malam itu, ditampilkan Tari Gareng Ngamuk dan Sendratari “Labuhan Merapi”. Sedangkan Pentas Seni II dilaksanakan pada malam kedua, betempat di lapangan depan tenda putra yang diberi nama “ARJUNA”. Pada pentas tersebut, ditampilkan Tari Dayakan, dan beberapa penampilan-penampilan dari masing-masing kelompok. Kelompok kera menampilkan musikalisasi puisi yang dikolaborasikan dengan nyanyia daerah Jawa, yaitu Padang Wulan. Usai Pentas Seni II, dilanjutkan dengan Camp Fire dan pelepasan lampion. Sungguh sangat spektakuler acara malam itu.
Di hari terakhir, setelah kami check out dan berpamitan pulang dari Dewi Peri, kami pun melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata lainnya. Adapaun yang kami kunjungi adalah Volcano Tour, Merapi Volcano Museum, Domes (Teletubbies Home), Home Industry (Slondok/Ampyang), Kedulan Temple, dan Kalasan Temple. Kalasan Temple merupakan destinasi terakhir dari acara JSC 2014, sehingga panitia melakukan Upacara Penutupan di candi tersebut. Setelah penutupan, kami pun saling berjabat satu sama lain, berharap tahun yang akan datang akan dapat bertemu kembali pada JSC 2016 nanti.
Kesan terakhir saya adalah saya sangat senang bisa bertemu dengan teman-teman yang hebat pada JSC 2014 ini. Ternyata, walaupun saya hanya seorang diri yang berasal dari kampus UP45, tidak membuat saya putus asa untuk berhenti menjalin persaudaraan dengan teman lain. Rasa terasingkan yang saya alami, membuat saya untuk tetap terus berusaha beradaptasi dengan orang baru agar kita bisa senang dan nyaman berada di suatu tempat dimana orang lain pun banyak yang berada di tempat tersebut. 
JSC 2014 ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Acara tersebut juga merupakan acara yang spektakuler, karena pada acara ini, saya dapat menambah pengetahuan mengenai kebudayaan Yogyakarta. Tentunya tidak hanya pengalaman saja yang baru, tapi teman pun juga baru. Terima kasih untuk semua teman dan seluruh panitia yang telah bekerja sama dalam mensukseskan acara ini. Semoga kita dapat berjumpa kembali di Next Java Summer Camp.

2 komentar:

  1. ikut java sumer camp juga ya de?

    BalasHapus
  2. Iyaa Kak..Kakak pernah ikut juga? ohya, ada dimana sekarang?masih di jogja kah?

    BalasHapus

Wikipedia

Hasil penelusuran