Rabu, 02 Desember 2015
Minggu, 12 Juli 2015
Pluralisme : Jalan Terbaik Menciptakan Check and Balance Masyarakat Majemuk
Sulfi Amalia
Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Kita tahu bahwa bangsa Indonesia
merupakan bangsa yang kaya, baik itu kaya akan bahasa, budaya, dan suku bangsa.
Kekayaan bangsa Indonesia yang demikian menyebabkan bangsa Indonesia dipandang
sebagai bangsa yang beragam. Namun demikian, bangsa Indonesia adalah bangsa
yang tetap bersatu dalam satu tujuan.
Dengan beragamnya kita, y ang juga
disertai dengan berbagai perbedaan bahasa, budaya, suku, dan ras, maka kita selalu di ingatkan untuk menghargai dan
menghayati perbedaan tersebut. Perbedaan suku bangsa, agama,ras dan golongan dapat
kita jadikan sebagai sebagai unsur yang paling utama untuk mempersatukan kita.
Jangan sampai perbedaan dan keberagaman tersebut dijadikan sebagai alasan untuk
terjadinya konflik sosial. Bagi mahasiswa hukum, dalam studi sosiologi hukum
kita juga diajarkan agar selalu hidup berdampingan secara damai ditengah
kondisi indonesia yang semakin beragam. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk
sosialitas nilai yang terkandung dalam pluralisme.
Julukan yang diberikan kepada Indonesia
sebagai suatu bangsa dengan masyarakat yang majemuk, tentu tidaklah mudah dalam
melakukan integrasi dalam mencapai suatu persamaan tujuan. Konsekuensi lainnya,
untuk mencapai cita-cita dari bangsa Indonesia itu sendiri juga itu tidak
mudah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena tidak banyak orang di antara
kita yang mampu memahami benar tentang hakikat perbedaan bangsa Indonesia ini.
Tak banyak orang yang mengerti bahwa hakikat suku bangsa, agama, ras dan
golongan dalam masyarakat juga merupakan manifestasi dari etnik yang memiliki
latar belakang sosial dan budaya, sehingga dengan hal tersebut dapat melatih dan membentuk cara berpikir, cara
bersikap dan cara untuk melakukan suatu tindakan. Atas ketidakpahaman etnik dan
ras sebagai identitas sosial dan budaya itulah yang menjadikan kita hidup dalam
masyarakat majemuk dengan multietnik dan multikultur dalam “ideologi’
pluralisme.
Ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud atau
pengertian dari pluralisme. Berdasarkan
hasil pencarian penulis dalam Wikipedia Indonesia, Pluralisme (bahasa
Inggris: pluralism),
terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham)
yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham.
Selama
pemerintahan orde baru, kita semua “disosialisasikan” oleh kekhawatiran
terjadinya konflik antara SARA, suku, agama, ras dan antar golongan. Seluruh
rakyat Indonesia, baik sebagai individu mapun kelompok, selalu di liputi perasaan khawatir dan
berhati-hati bedara dalam suatu bangsa yang masyarakatnya mejemuk. Kemajemukan
itu di gambarkan oleh beragaman suku bangsa, agama, ras dan golongan yang
mendiami Sabang sampai Merauke. Akibatnya pemerintah menjadikan stabilitas
nasional sebagai suatu yang mutlak harus di jaga bagi pembangunan nasional
jangka panjang (pembangunan terdidi dari stabilitas, pertumbuhan dan
pemerataan) ini berarti bahwa sejak lama kita telah di perkenalkan dengan
konsep ras dan etnik.
Konsep
pluralisme dimaknai oleh pemerintah sebagai proses kompromi terhadap para
pemimpin dari berbagai kelompok (etnik, rasa tau kelompok lainnya) yang
bersaing dalam bidang bisnis, tenaga kerja, pemerintahan, dan lain-lain. Pluralisme dianjurkan
sebagai jalan terbaik untuk melayani, atau sebuah proses yang mendorong
lahirnya demokrasi paling ideal dalam masyarakat yang semakin modern dan kompleks agar setiap individu
dapat berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan.
Referensi :
Wikipedia
Indonesia. Pluralisme. Diakses pada tanggal 13 Juli 2015 melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
Jumat, 10 Juli 2015
Perlunya Integritas dalam Masyarakat Plural
Sulfi
Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Siapa yang tidak menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya,
salah satunya adalah kaya akan penduduknya. Semua tentu tidak akan tutup
telinga, semua mengerti, bahwa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya
yang majemuk.
Berbicara soal masyarakat majemuk, penulis jadi teringat dengan apa yang
dipaparkan oleh Profesor Ahmad Syafii Maarif, seorang penulis dari orasi ilmiah
dalam acara Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML). Beliau memaparkan
persoalan politik identitas dan kaitannya dengan kehidupan kehidupan majemuk
pada tataran global-internasional dan domestik-nasional dewasa ini dan masa
depan. Dari paparan beliau,ditegaskan bahwa sebagian dari kita memang memiliki
masalah serius dengan toleransi dan pengakuan terhadap kemajemukan dan
kebhinneka-an yang merupakan kenyataan imperatif. Dengan adanya masalah yang
serius tersebut, mengakibatkan sering terjadinya ketengangan dan konflik sosial
yang penuh kekerasan.
Menurut teori yang disampaikan oleh Erikson (1968, dalam Khisbiyah, Y),
satu spesies manusia lalu memilah diri menjadi ratusan ribu suku bangsa dengan
berbagai bahasa, adat istiadat, agama, dan ideologi yang berbeda. Berdasarkan
teori tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Erikson adalah sepaham dengan
pernyataan bahwa memang bangsa ini merupakan bangsa yang dipadati dengan
masyarakat yang majemuk atau plural.
Menghadapai masyarakat yang plural ini, memerlukan kesadaran dari manusia
itu sendiri untuk menjaga integritas semesta. Hal itu berfungsi mengikat dalam
kebersamaan yang memiliki arti penting di dunia. Jangan sampai dengan adanya
perbedaan ras, agama, dan budaya menjadikan Indonesia yang plural ini dihiasi
dengan permusuhan dan pertentangan- pertentangan yang berujung kepada
kekerasan.
Rujukan
:
Tulisan Yayah Khisbiyah dalam Modul Pdf Karya Ahmad Syafii Maarif, dkk. PolitikIdentitas dan Masa Depan
Pluralisme Kita. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.abad-demokrasi.com%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Febook%2FPolitik%2520Identitas.pdf&ei=JoqOVZjoG82hugTp7oDABg&usg=AFQjCNG6CeparBXrwGqB1D7nW6PHXV0_ow&bvm=bv.96783405,d.c2E
Senin, 29 Juni 2015
Teropong HAM : Bukan Akar Masalah Pertentangan Paham di Indonesia yang Plural
Oleh : Sulfi Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Hak Asasi Manusia, atau yang biasa disebut HAM, merupakan suatu hak yang
melindungi kebebasan berpikir. Hak tersebut tidak bisa diganggu gugat karena
berasal langsung dari Tuhan. Adanya HAM, kita juga memiliki kebebasan untuk
mempercayai, menganut, atau bahkan menyebarkan suatu paham apapun. Walaupun
demikian, kebebasan tersebut tetap ada batasan selama apa yang dilakukan dengan
paham itu tidak merusak hak atau nama baik orang lain, keamanan nasional atau
ketertiban umum atau kesehatan atau moral. Hal itu sesuai dengan Pasal 19 ayat
3 Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik.
Berbicara HAM dan paham, ada pertanyaan menarik, apakah dengan mendirikan
syari’ah islam di Indonesia yang plural ini merupakan sebuah kesalahan adanya
aspek dari Hak Asasi Manusia (HAM)?
Dari pertanyaan tersebut, penulis dapat menjawab sedikit dengan berpedoman
pada Pasal 19 ayat 3 tentang Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik.
Mengingat HAM merupakan hak yang memberikan kebebasan mutlak, mendirikan
syari’ah islam di Indonesia yang plural ini adalah bukan kesalahan dari HAM,
apabila apa yang menjadi keyakinan dan yang disebarkan dalam paham tersebut
tidak berisi hal-hal yang bertentangan dengan batasan-batasan HAM. Misalnya, apa
yang disampaikan berisi hasutan untuk melakukan deskriminasi. Apabila dalam
penyampaian ajaran syaria’ah tersebut mengandung hasutan agar terjadi
pendeskriminasian, maka akan menyebabkan terjadinya pertentangan yang menuju
pada kebencian antar ras atau agama.
Untuk kedua kalinya penulis berpendapat, bahwa HAM memiliki batasan-batasan
tertentu. Jadi, tidak sembarang hak kebebasan kita pergunakan untuk hal-hal yang
dapat menyebabkan permusuhan dalm negeri kita ini, negeri Indonesia yang plural
ini.
Memang, masih ada orang-orang islam tertentu, salah satunya kelompok islam
garis keras, beranggapan bahwa HAM merupakan agenda Barat dan karenanya harus
ditentang. Data ini saya dapatkan dari tulisan Asfinawati yang berjudul : “HAM,
Dialog dan Masa Depan Pluralisme di Indonesia”. Dalam tulisannya, Asfinawati
menulis bahwa orang Islam penganut garis keras mempercayai bahwa Barat memiliki
agenda terselubung untuk melenyapkan nilai-nilai islam.
Dalam tulisannya pula, Asfinawati menganalogikan pertentangan-pertentangan
tersebut dengan memperdebatkan perbedaan-perbedaan antara buku, kertas dan
komputer. Menurutnya, itu merupakan pertentangan semu : muncul dari
ketidaktahuan mengenai esensi, yang seringkali memiliki kesamaan, dan
penonjolan atas perbedaan lahiriah atau penamaan tertentu. Di titik itulah
agenda advokasi pluralisme serta kebebasan beragama menemukan tempatnya :
membongkar manipulasi serta ketidaktahuan yang menjadi penopang pertentangan
tak terputus. Di sinilah HAM harus menjadi alat yang menjembatani perbedaan
yang nyata ada.
Untuk menjadikan HAM sebagai jembatan perbedaan yang ada, juga memerlukan
kerjasama dari aparat penegak hukum. Penegakan hukum seiring dengan penyadaran
hukum dan konsitusi. Penegakan hukum saja juga masih belum cukup. Hal ini
disebabkan karena basis penegakan hukum yang berkeadilan adalah kesadaran akan
hukum yang berspektif HAM dan penguasaan akan konstitusi secara penuh. Oleh
karenanya, tidak hanya masyarakat yang harus mendapat penyadaran hukum dan
konstitusi, tetapi juga aparat penegak hukum itu sendiri.
Referensi :
Ahmad Syafii
Maarif, dkk. PolitikIdentitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Diakses pada
tanggal 27
Juni 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.abad-demokrasi.com%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Febook%2FPolitik%2520Identitas.pdf&ei=JoqOVZjoG82hugTp7oDABg&usg=AFQjCNG6CeparBXrwGqB1D7nW6PHXV0_ow&bvm=bv.96783405,d.c2E
Konvenan
Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik. Diakses pada tanggal 27 Juni 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.hukumonline.com%2Fpusatdata%2Fdownloadfile%2Flt4c3c7b6791fa4%2Fparent%2F24213&ei=i4qOVePsNMbluQT5v6OQBw&usg=AFQjCNFKXOKa0Z2X-E2GVtPu-voQpC1kJg&bvm=bv.96783405,d.c2E
Sabtu, 27 Juni 2015
Elevenia : Pengobat Dompet Kejepit Saat Lebaran
Sulfi
Amalia
Bulan puasa pun sudah datang dan sedang kita lalui. Bulan yang penuh hikmah
ini merupakan bulan yang ditunggu-tunggu setiap umat manusia yang beragama
islam. Bulan ini menjadi bulan idaman karena hanya satu kali datangnya dalam
setahun. Sehingga, banyak umat muslim yang mengharapkan kedatangan bulan yang
penuh barokah ini.
Nuansa dalam bulan ini pun berbeda. Sesuai dengan yang telah kita lihat
dalam kehidupan nyata di sekitar kita, suasana bulan Suci Ramadhan terlihat
lebih ramai dari hari-hari biasa. Ketika sore hari, saat akan menjelang buka
puasa, banyak orang-orang yang sudah sibuk menyiapkan hidangan untuk berbuka
puasa. Ada yang membeli jajakan makanan di pinggir jalan, di warung-warung
terdekat, dan ada pula yang belanja bersama keluarga di toko-toko mewah yang
masih terjangkau dari tempat tinggal mereka.
Bagaimana keindahan dan keistimewan suasana di bulan Ramadhan sedang kita
rasakan seiring berjalannya waktu menuju genap satu bulan mendatang. Hari yang
tak kalah pentingnya adalah ketika Hari Raya datang.
Hari Raya Idul Fitri juga merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh
para umat muslim yang selama satu bulan berlalu telah menunaikan ibadah puasa
Ramadhannya. Bagi umat muslim, Hari Raya merupakan hari dimana kita kembali
kepada hati yang fitrah. Itulah sebabnya, mengapa pada saat Hari Raya Idul
Fitri semua umat muslim saling bersalaman, saling bermaaf-maafan antara satu
sama lain. Mereka memiliki kepercayaan bahwa di Hari Lebaran yang Fitrah ini,
kita dikembalikan kepada kehidupan baru, kehidupan yang dimulai dari awal lagi.
Untuk itu, demi menghilangkan kesan buruk selama bulan-bulan sebelumnya, mereka
saling melapangkan dada dan berbesar hati untuk menerima dan memaafkan
kesalahan atau keburukan yang telah diperbuat oleh orang lain. Hal itu demi
terwujudnya tujuan Hari Raya Idul Fitri untuk menciptakan perdamaian umat
muslim.
Berbicara mengenai Lebaran, tentu membutuhkan persiapan yang spesial untuk
menyambut kedatangannya, bukan? Biasanya, seperti yang bisa kita amati dalam
setiap daerah tempat tinggal kita, banyak sekali orang yang sibuk menyiapan kue
buat jamuan orang yang bersilaturrahmi, sibuk menyiapkan parcel untuk kado
kerabat dan sanak famili, dan yang tidak boleh dilupakan tentunya sibuk
mempersiapkan baju baru untuk Hari Lebaran. Itu semua merupakan hal yang bisa
dikatakan sebagai suatu kelaziman yang dilakukan oleh banyak orang. Bahkan, penulis
pernah mewawancarai seorang anak kelas I SD yang berumur 6 tahun, ia bernama
Surya Ismoyo. Adik kecil mungil itu kerap disapa dengan panggilan “Surya”. Saat
ditanya apa yang paling dinantikan saat lebaran, ia menjawab “baju baru”. Lantas
penulis pun kembali bertanya, “bagaimana jika Bapak./Ibu adik tidak membelikan
baju baru?” , dengan polosnya Adik Surya menjawab, “Waah..bukan lebaran namanya dong..kan lebaran banyak orang pakai baju baru”.
Sempat tersenyum kecil, tertawa tergelitik dalam hati. Entah, seandainya
semua anak kecil seusia Surya, memiliki pemikiran yang sama dengan adik kecil
mungil itu, mungkin akan menjadi suatu permasalahan bagi orang tua yang
mempunyai penghasilan yang berkecukupan untuk makan sehar-hari saja. Untuk
orang yang memiliki penghasilan lebih, mungkin itu tidak akan menjadi persoalan
yang berarti. Lantas, bagaimana orang tua menghadapi pemikiran anak yang
mengasumsikan lebaran identik dengan baju baru? Tentu orang tua akan memikirkan
cara agar tetap bisa membelikan baju baru buat anak-anaknya, bukan?
Jangan khawatir, untuk
orang tua yang sedang bingung dimana tempat yang pas, murah dan berkualitas,
untuk membeli baju baru Lebaran, bisa belanja sepuasnya di elevenia. Elevenia
merupakan situs online yang menyediakan segala kebutuhan berbelanja, pas untuk
mencari kebutuhan persiapan lebaran. Belanja di elevenia bisa berkesempatan
mendapatkan gratis voucher 1 juta, Lho. Makin seru, kan? Belanja gak bakal kerasa kejepit dompetnya Pasti lebih hemat. Ayo,
segera kunjungi link http://www.elevenia.co.id dan dapatkan kejutan terbaru dari
elevania. Ada yang lebih khusus untuk lebaran juga, Lho. Jangan lupa, temukan special
price elevenia di http://blog.elevenia.co.id/lebaran-online-sale-pilihan-terbaik-untuk-persiapan-lebaranmu/ .
Langganan:
Postingan (Atom)
Wikipedia
Hasil penelusuran