Minggu, 12 Juli 2015

Pluralisme : Jalan Terbaik Menciptakan Check and Balance Masyarakat Majemuk



Sulfi Amalia
Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Kita tahu bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya, baik itu kaya akan bahasa, budaya, dan suku bangsa. Kekayaan bangsa Indonesia yang demikian menyebabkan bangsa Indonesia dipandang sebagai bangsa yang beragam. Namun demikian, bangsa Indonesia adalah bangsa yang tetap bersatu dalam satu tujuan.
Dengan beragamnya kita, y ang juga disertai dengan berbagai perbedaan bahasa, budaya, suku, dan ras, maka  kita selalu di ingatkan untuk menghargai dan menghayati perbedaan tersebut. Perbedaan suku bangsa, agama,ras dan golongan dapat kita jadikan sebagai sebagai unsur yang paling utama untuk mempersatukan kita. Jangan sampai perbedaan dan keberagaman tersebut dijadikan sebagai alasan untuk terjadinya konflik sosial. Bagi mahasiswa hukum, dalam studi sosiologi hukum kita juga diajarkan agar selalu hidup berdampingan secara damai ditengah kondisi indonesia yang semakin beragam. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk sosialitas nilai yang terkandung dalam pluralisme.
Julukan yang diberikan kepada Indonesia sebagai suatu bangsa dengan masyarakat yang majemuk, tentu tidaklah mudah dalam melakukan integrasi dalam mencapai suatu persamaan tujuan. Konsekuensi lainnya, untuk mencapai cita-cita dari bangsa Indonesia itu sendiri juga itu tidak mudah. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan karena tidak banyak orang di antara kita yang mampu memahami benar tentang hakikat perbedaan bangsa Indonesia ini. Tak banyak orang yang mengerti bahwa hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga merupakan manifestasi dari etnik yang memiliki latar belakang sosial dan budaya, sehingga dengan hal tersebut  dapat melatih dan membentuk cara berpikir, cara bersikap dan cara untuk melakukan suatu tindakan. Atas ketidakpahaman etnik dan ras sebagai identitas sosial dan budaya itulah yang menjadikan kita hidup dalam masyarakat majemuk dengan multietnik dan multikultur dalam “ideologi’ pluralisme.
Ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud atau pengertian dari pluralisme. Berdasarkan hasil pencarian penulis dalam Wikipedia Indonesia, Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham.
Selama pemerintahan orde baru, kita semua “disosialisasikan” oleh kekhawatiran terjadinya konflik antara SARA, suku, agama, ras dan antar golongan. Seluruh rakyat Indonesia, baik sebagai individu mapun kelompok, selalu di liputi perasaan khawatir dan berhati-hati bedara dalam suatu bangsa yang masyarakatnya mejemuk. Kemajemukan itu di gambarkan oleh beragaman suku bangsa, agama, ras dan golongan yang mendiami Sabang sampai Merauke. Akibatnya pemerintah menjadikan stabilitas nasional sebagai suatu yang mutlak harus di jaga bagi pembangunan nasional jangka panjang (pembangunan terdidi dari stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan) ini berarti bahwa sejak lama kita telah di perkenalkan dengan konsep ras dan etnik.
             Konsep pluralisme dimaknai oleh pemerintah sebagai proses kompromi terhadap para pemimpin dari berbagai kelompok (etnik, rasa tau kelompok lainnya) yang bersaing dalam bidang bisnis, tenaga kerja, pemerintahan, dan lain-lain. Pluralisme dianjurkan sebagai jalan terbaik untuk melayani, atau sebuah proses yang mendorong lahirnya demokrasi paling ideal dalam masyarakat yang semakin modern dan kompleks agar setiap individu dapat berpartisipasi dalam setiap pengambilan keputusan.

Referensi :
Wikipedia Indonesia. Pluralisme. Diakses pada tanggal 13 Juli 2015 melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Pluralisme

Jumat, 10 Juli 2015

Perlunya Integritas dalam Masyarakat Plural



Sulfi Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Siapa yang tidak menyadari bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya, salah satunya adalah kaya akan penduduknya. Semua tentu tidak akan tutup telinga, semua mengerti, bahwa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang majemuk.
Berbicara soal masyarakat majemuk, penulis jadi teringat dengan apa yang dipaparkan oleh Profesor Ahmad Syafii Maarif, seorang penulis dari orasi ilmiah dalam acara Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML). Beliau memaparkan persoalan politik identitas dan kaitannya dengan kehidupan kehidupan majemuk pada tataran global-internasional dan domestik-nasional dewasa ini dan masa depan. Dari paparan beliau,ditegaskan bahwa sebagian dari kita memang memiliki masalah serius dengan toleransi dan pengakuan terhadap kemajemukan dan kebhinneka-an yang merupakan kenyataan imperatif. Dengan adanya masalah yang serius tersebut, mengakibatkan sering terjadinya ketengangan dan konflik sosial yang penuh kekerasan.
Menurut teori yang disampaikan oleh Erikson (1968, dalam Khisbiyah, Y), satu spesies manusia lalu memilah diri menjadi ratusan ribu suku bangsa dengan berbagai bahasa, adat istiadat, agama, dan ideologi yang berbeda. Berdasarkan teori tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Erikson adalah sepaham dengan pernyataan bahwa memang bangsa ini merupakan bangsa yang dipadati dengan masyarakat yang majemuk atau plural.
Menghadapai masyarakat yang plural ini, memerlukan kesadaran dari manusia itu sendiri untuk menjaga integritas semesta. Hal itu berfungsi mengikat dalam kebersamaan yang memiliki arti penting di dunia. Jangan sampai dengan adanya perbedaan ras, agama, dan budaya menjadikan Indonesia yang plural ini dihiasi dengan permusuhan dan pertentangan- pertentangan yang berujung kepada kekerasan.

Rujukan :
Tulisan Yayah Khisbiyah dalam Modul Pdf Karya Ahmad Syafii Maarif, dkk. PolitikIdentitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.abad-demokrasi.com%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Febook%2FPolitik%2520Identitas.pdf&ei=JoqOVZjoG82hugTp7oDABg&usg=AFQjCNG6CeparBXrwGqB1D7nW6PHXV0_ow&bvm=bv.96783405,d.c2E

Senin, 29 Juni 2015

Teropong HAM : Bukan Akar Masalah Pertentangan Paham di Indonesia yang Plural



Oleh : Sulfi Amalia
Fakultas Hukum
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Hak Asasi Manusia, atau yang biasa disebut HAM, merupakan suatu hak yang melindungi kebebasan berpikir. Hak tersebut tidak bisa diganggu gugat karena berasal langsung dari Tuhan. Adanya HAM, kita juga memiliki kebebasan untuk mempercayai, menganut, atau bahkan menyebarkan suatu paham apapun. Walaupun demikian, kebebasan tersebut tetap ada batasan selama apa yang dilakukan dengan paham itu tidak merusak hak atau nama baik orang lain, keamanan nasional atau ketertiban umum atau kesehatan atau moral. Hal itu sesuai dengan Pasal 19 ayat 3 Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik.
Berbicara HAM dan paham, ada pertanyaan menarik, apakah dengan mendirikan syari’ah islam di Indonesia yang plural ini merupakan sebuah kesalahan adanya aspek dari Hak Asasi Manusia (HAM)?
Dari pertanyaan tersebut, penulis dapat menjawab sedikit dengan berpedoman pada Pasal 19 ayat 3 tentang Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik. Mengingat HAM merupakan hak yang memberikan kebebasan mutlak, mendirikan syari’ah islam di Indonesia yang plural ini adalah bukan kesalahan dari HAM, apabila apa yang menjadi keyakinan dan yang disebarkan dalam paham tersebut tidak berisi hal-hal yang bertentangan dengan batasan-batasan HAM. Misalnya, apa yang disampaikan berisi hasutan untuk melakukan deskriminasi. Apabila dalam penyampaian ajaran syaria’ah tersebut mengandung hasutan agar terjadi pendeskriminasian, maka akan menyebabkan terjadinya pertentangan yang menuju pada kebencian antar ras atau agama.
Untuk kedua kalinya penulis berpendapat, bahwa HAM memiliki batasan-batasan tertentu. Jadi, tidak sembarang hak kebebasan kita pergunakan untuk hal-hal yang dapat menyebabkan permusuhan dalm negeri kita ini, negeri Indonesia yang plural ini.
Memang, masih ada orang-orang islam tertentu, salah satunya kelompok islam garis keras, beranggapan bahwa HAM merupakan agenda Barat dan karenanya harus ditentang. Data ini saya dapatkan dari tulisan Asfinawati yang berjudul : “HAM, Dialog dan Masa Depan Pluralisme di Indonesia”. Dalam tulisannya, Asfinawati menulis bahwa orang Islam penganut garis keras mempercayai bahwa Barat memiliki agenda terselubung untuk melenyapkan nilai-nilai islam.
Dalam tulisannya pula, Asfinawati menganalogikan pertentangan-pertentangan tersebut dengan memperdebatkan perbedaan-perbedaan antara buku, kertas dan komputer. Menurutnya, itu merupakan pertentangan semu : muncul dari ketidaktahuan mengenai esensi, yang seringkali memiliki kesamaan, dan penonjolan atas perbedaan lahiriah atau penamaan tertentu. Di titik itulah agenda advokasi pluralisme serta kebebasan beragama menemukan tempatnya : membongkar manipulasi serta ketidaktahuan yang menjadi penopang pertentangan tak terputus. Di sinilah HAM harus menjadi alat yang menjembatani perbedaan yang nyata ada.
Untuk menjadikan HAM sebagai jembatan perbedaan yang ada, juga memerlukan kerjasama dari aparat penegak hukum. Penegakan hukum seiring dengan penyadaran hukum dan konsitusi. Penegakan hukum saja juga masih belum cukup. Hal ini disebabkan karena basis penegakan hukum yang berkeadilan adalah kesadaran akan hukum yang berspektif HAM dan penguasaan akan konstitusi secara penuh. Oleh karenanya, tidak hanya masyarakat yang harus mendapat penyadaran hukum dan konstitusi, tetapi juga aparat penegak hukum itu sendiri.

Referensi :
Ahmad Syafii Maarif, dkk. PolitikIdentitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Diakses pada tanggal 27 Juni 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.abad-demokrasi.com%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Febook%2FPolitik%2520Identitas.pdf&ei=JoqOVZjoG82hugTp7oDABg&usg=AFQjCNG6CeparBXrwGqB1D7nW6PHXV0_ow&bvm=bv.96783405,d.c2E
Konvenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik. Diakses pada tanggal 27 Juni 2015 melalui :
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CB8QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.hukumonline.com%2Fpusatdata%2Fdownloadfile%2Flt4c3c7b6791fa4%2Fparent%2F24213&ei=i4qOVePsNMbluQT5v6OQBw&usg=AFQjCNFKXOKa0Z2X-E2GVtPu-voQpC1kJg&bvm=bv.96783405,d.c2E

Sabtu, 27 Juni 2015

Elevenia : Pengobat Dompet Kejepit Saat Lebaran



Sulfi Amalia
Bulan puasa pun sudah datang dan sedang kita lalui. Bulan yang penuh hikmah ini merupakan bulan yang ditunggu-tunggu setiap umat manusia yang beragama islam. Bulan ini menjadi bulan idaman karena hanya satu kali datangnya dalam setahun. Sehingga, banyak umat muslim yang mengharapkan kedatangan bulan yang penuh barokah ini.
Nuansa dalam bulan ini pun berbeda. Sesuai dengan yang telah kita lihat dalam kehidupan nyata di sekitar kita, suasana bulan Suci Ramadhan terlihat lebih ramai dari hari-hari biasa. Ketika sore hari, saat akan menjelang buka puasa, banyak orang-orang yang sudah sibuk menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa. Ada yang membeli jajakan makanan di pinggir jalan, di warung-warung terdekat, dan ada pula yang belanja bersama keluarga di toko-toko mewah yang masih terjangkau dari tempat tinggal mereka.
Bagaimana keindahan dan keistimewan suasana di bulan Ramadhan sedang kita rasakan seiring berjalannya waktu menuju genap satu bulan mendatang. Hari yang tak kalah pentingnya adalah ketika Hari Raya datang.
Hari Raya Idul Fitri juga merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh para umat muslim yang selama satu bulan berlalu telah menunaikan ibadah puasa Ramadhannya. Bagi umat muslim, Hari Raya merupakan hari dimana kita kembali kepada hati yang fitrah. Itulah sebabnya, mengapa pada saat Hari Raya Idul Fitri semua umat muslim saling bersalaman, saling bermaaf-maafan antara satu sama lain. Mereka memiliki kepercayaan bahwa di Hari Lebaran yang Fitrah ini, kita dikembalikan kepada kehidupan baru, kehidupan yang dimulai dari awal lagi. Untuk itu, demi menghilangkan kesan buruk selama bulan-bulan sebelumnya, mereka saling melapangkan dada dan berbesar hati untuk menerima dan memaafkan kesalahan atau keburukan yang telah diperbuat oleh orang lain. Hal itu demi terwujudnya tujuan Hari Raya Idul Fitri untuk menciptakan perdamaian umat muslim.
Berbicara mengenai Lebaran, tentu membutuhkan persiapan yang spesial untuk menyambut kedatangannya, bukan? Biasanya, seperti yang bisa kita amati dalam setiap daerah tempat tinggal kita, banyak sekali orang yang sibuk menyiapan kue buat jamuan orang yang bersilaturrahmi, sibuk menyiapkan parcel untuk kado kerabat dan sanak famili, dan yang tidak boleh dilupakan tentunya sibuk mempersiapkan baju baru untuk Hari Lebaran. Itu semua merupakan hal yang bisa dikatakan sebagai suatu kelaziman yang dilakukan oleh banyak orang. Bahkan, penulis pernah mewawancarai seorang anak kelas I SD yang berumur 6 tahun, ia bernama Surya Ismoyo. Adik kecil mungil itu kerap disapa dengan panggilan “Surya”. Saat ditanya apa yang paling dinantikan saat lebaran, ia menjawab “baju baru”. Lantas penulis pun kembali bertanya, “bagaimana jika Bapak./Ibu adik tidak membelikan baju baru?” , dengan polosnya Adik Surya menjawab, “Waah..bukan lebaran namanya dong..kan lebaran banyak orang pakai baju baru”.
Sempat tersenyum kecil, tertawa tergelitik dalam hati. Entah, seandainya semua anak kecil seusia Surya, memiliki pemikiran yang sama dengan adik kecil mungil itu, mungkin akan menjadi suatu permasalahan bagi orang tua yang mempunyai penghasilan yang berkecukupan untuk makan sehar-hari saja. Untuk orang yang memiliki penghasilan lebih, mungkin itu tidak akan menjadi persoalan yang berarti. Lantas, bagaimana orang tua menghadapi pemikiran anak yang mengasumsikan lebaran identik dengan baju baru? Tentu orang tua akan memikirkan cara agar tetap bisa membelikan baju baru buat anak-anaknya, bukan? 
Jangan khawatir, untuk orang tua yang sedang bingung dimana tempat yang pas, murah dan berkualitas, untuk membeli baju baru Lebaran, bisa belanja sepuasnya di elevenia. Elevenia merupakan situs online yang menyediakan segala kebutuhan berbelanja, pas untuk mencari kebutuhan persiapan lebaran. Belanja di elevenia bisa berkesempatan mendapatkan gratis voucher 1 juta, Lho. Makin seru, kan? Belanja gak bakal kerasa kejepit dompetnya Pasti lebih hemat. Ayo, segera kunjungi link http://www.elevenia.co.id dan dapatkan kejutan terbaru dari elevania. Ada yang lebih khusus untuk lebaran juga, Lho. Jangan lupa, temukan special price elevenia di http://blog.elevenia.co.id/lebaran-online-sale-pilihan-terbaik-untuk-persiapan-lebaranmu/ .

Wikipedia

Hasil penelusuran